Jumat, 16 Januari 2009

Penyakit FLU para Kader Dakwah


Penyakit FLU para Kader Dakwah

17 08 2006

Anda terkena sakit flu? Biasanya apabila kita banyak melakukan aktivitas tetapi tidak disertai istirahat dan makanan yang menunjang serta kondisi cuaca yang tidak bersahabat dapat membuat seseorang akan mudah mendapatkan penyakit FLU tersebut. Untuk mengobati penyakit tersebut biasanya dokter akan menganjurkan minum obat dan istirahat yang cukup.

Lalu bagaimana seorang ikhwah bisa terkena FLU (Futur, Lesu, Uzlah)? Jawabannya tidak jauh berbeda dengan seroang yang terkena penyakit flu. Adanya beberapa kasus tentang al akh yang kemudian sangat aktif di organisasi dakwah kemudian tiba-tiba enggan untuk aktif kembali, ada juga yang hanya sekedar untuk menggugurkan kewajiban sebagai mutarobbi dengan prinsip “Asal Murobbi Senang” atau “Asal tidak tercatat negatif dalam struktural”.

Penyebab sakit FLU

Untuk mengetahui seorang ikhwah terkena penyakit FLU, maka ada baiknya kita membuka kembali buku yang menjadi acuan aktivis tahun ‘90an yaitu “Terapi Mental Aktivis Harakah” tulisan DR. Sayyid Muhammad Nuh. Penyakit Futur ditempatkan pada bab pertama setelah bab pendahuluan mengenai “penyakit-penyakit di tengah jalan.” Dua hal utama terjadinya futur adalah berlebih-lebihan dalam beragama dan suka menyendiri atau meninggalkan jamaah.

Terjadinya seorang al-akh berlebih-lebihan dalam beragama dikarenakan banyaknya tugas yang diemban oleh ikhwah tersebut dan tidak dibantu dalam sebuah team. Tampaknya sudah menjadi suatu kebiasaan atau rahasia umum dikalangan kita bahwa apabila seorang ikhwah yang mendapatkan amanah sebagai ketua dalam jabatan struktural maka biasanya ketua tersebut yang akan dituntut untuk tugas-tugas yang ada dan ikhwah yang lain sibuk dengan “tugas-tugas luar struktur.”

Hal lainnya adalah suka menyendiri atau meninggalkan jamaah, biasanya seorang ikhwah lebih menyukai kesendirian dikarenakan tidak lagi merasakan manisnya semangat ukhuwah dalam berjamaah serta tidak menemukan adanya nuansa ruhiyah ketika melakukan aktivitas ibadah dalam kesunyian. Dalam kesunyian ini, apabila ada saudaranya yang membiarkannya dalam kondisi tersebut, lambat laun namun pasti akan “menjerumuskan” akh tersebut dalam kelesuan beraktivitas dakwah. Beliau akan lebih suka dalam kemanisan beribadah daripada kesusahan aktivitas dakwah.

Lesu akan menjadi tingkat yang paling berbahaya dalam kondisi futur bagi seorang ikhwah, karena apabila seorang al-akh sudah mengalami kelesuan biasanya lebih suka untuk Uzlah. Uzlah bisa dijadikan alasan seorang ikhwah karena lebih merasakan manisnya nilai ruhiyah daripada berdakwah ke masyarakat. Adapula yang beralasan bahwa dengan bergaul dengan manusia dapat menganggu konsentrasi beribadah dengan melupakan pengertian ibadah yang sebenarnya.

Terapi Penyakit FLU Kader

Untuk mengobatinya tentu saja yang bersangkutan harus dapat memotivasi diri kembali dengan membaca buku-buku yang diperlukan, muhasabah diri pada saat “istirahat”. Tetapi, selain penyembuhan oleh yang bersangkutan maka kondisi lingkungan yang kondusif dalam proses penyembuhan tersebut. Menjenguk dan memberi “oleh-oleh” dari saudaranya bisa menjadi cara untuk mempercepat proses penyembuhan.

Seperti etika dalam menjenguk orang sakit, diusahakan tidak membahas tuntutan tugas dakwah, masalah-masalah dakwah yang harus diselesaikan, tetapi pembicaraan dapat diarahkan mengenai perhatian terhadap dirinya, keluarga dan hal-hal lain mengenai kesulitan prbadi kehidupannya dan akan lebih baik bila menawarkan diri untuk membantunya membantu permasalahan yang dihadapinya.

“Bagaimana kabar antum akhi? Sudah lama tidak pernah kelihatan?” Terdengar lebih baik dan manis daripada teguran “Kemana saja antum? Banyak tugas tuh!” atau “Kemana saja antum? Dimana saja antum bersembunyi antum akan tetap dicari akhi, bahkan bisa jadi catatan kaderisasi untuk tingkatan antum!”.

Atau “Akh, tugas yang kemarin antum dapat ada yang bisa ana Bantu?” juga terasa lebih baik dan melegakan bila dibandingkan “Bagaimana nih kerjaan antum? Kok hasilnya begini?”. Ucapan-ucapan tersebut kelihatan sederhana tetapi sangat berpengaruh dalam dakwah fardiyah, silahkan baca kembali Sentuhan hati penyeru dakwah, panduan berdakwah syabiah tulisan Abbas As-sisi.


renungan

Jangan Kau Sakiti saudaramu ya ikhwah

Assalamualaikum Wr wb.

Semoga Allah Swt selalu menjaga kita dari gelapnya jalan kesesatan,.. ..
"Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian,Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran."
Ikhwah fillah rahimakumullah,

Dalam dunia da'wah yang kita geluti, tidak jarang kita mengalami konflik atau permasalahan- permasalahan. Dari sekian permasalahan tersebut terkadang ada konflik-konflik yang timbul di kalangan internal aktivis da'wah sendiri. Pernah suatu ketika dalam aktivitas sebuah partai da'wah, ada seorang aktivis ikhwan yang mengutarakan sakit hatinya terhadap saudaranya yang tidak amanah dengan tugas. Di lain waktu dalam lembaga da'wah sebuah kampus, seorang aktivis akhwat "minta cuti" lantaran sakit hatinya terhadap akhwat lain yang sering kali dengan seenaknya berlagak layaknya seorang bos dalam berda'wah.
Ikhwah fillah rahimakumullah,

Sadarkah kita, bahwa setiap aktivitas yang di dalamnya terdapat interaksi antar manusia, termasuk da'wah, kita tiada akan bisa mengelakkan diri dari komunikasi hati. Ya, setiap aktivis da'wah adalah manusia-manusia yang memiliki hati yang tentu saja berbeda-beda. Ada aktivis yang hatinya kuat dengan berbagai macam tingkah laku aktivis lain yang dihadapkan kepadanya. Tapi jangan pula kita lupa bahwa tidak sedikit aktivis-aktivis yang tiada memiliki ketahanan tinggi dalam menghadapi tingkah polah aktivis da'wah lain yang kadang memang sarat dengan kekecewaan-kekecewa an yang sering kali berbuah pada timbulnya sakit hati. Dan kesemuanya itu adalah sebuah kewajaran sekaligus realita yang harus kita pahami dan kita terima.

Tapi tahukah, wahai ikhwah sekalian,
Bahwa seringkali kita melupakan hal itu. Kita sering memukul rata perlakuan kita kepada sesama aktivis, dengan diri kita sebagai parameternya. Begitu mudahnya kita melontarkan kata-kata 'afwan (maaf) atas kelalaian-kelalaian yang kita lakukan, tanpa dibarengi dengan kesadaran bahwa sangat mungkin kelalaian yang kita lakukan itu ternyata menyakiti hati saudara kita. Dan bahkan sebagai pembenaran kita tambahkan alasan bahwa kita hanyalah manusia biasa yang juga dapat melakukan kekeliruan.

Ikhwah fillah,
Benar bahwasanya aktivis da'wah hanyalah manusia biasa, bukan malaikat, sehingga tidak luput dari kelalaian. Tapi di saat yang sama sadarkah kita bahwa kita sedang menghadapi sosok yang juga manusia biasa, bukan superman, dan bukan malaikat yang bisa menerima perlakukan seenaknya. Sepertinya adalah sikap yang terbalik ketika kesadaran bahwa aktivis da'wah hanyalah manusia biasa, ditempelkan pada diri kita sendiri. Seharusnya kesadaran bahwa aktivis da'wah adalah manusia biasa itu kita tujukan pada saudara kita aktivis da'wah yang lain, bukan kepada kita sendiri. Dengan begitu kita tidak bisa dengan seenaknya berbuat sesuatu yang dapat mengecewakan, yang bisa jadi merupakan sebuah kezhaliman kepada saudara kita.

Oleh karena itu ikhwah fillah yang berbahagia,
A